5
Tradisi Unik Kebudayaan Indonesia
Indonesia adalah negara kaya raya
dengan sumber daya alam maupun manusianya. Termasuk kebudayaan Indonesia yang
sangat bercorak dan beragam. Mulailah
dari sekarang, mencoba untuk pelajari Indonesia. Mengenal lebih dalam, peduli
pada segala nilai-nilai Indonesia, dan bertekad untuk melestarikannya. Belajar
mencintai Indonesia, bukan melupakan bahkan melunturkan nilai-nilai budaya
tersebut. Begitu memikatnya budaya luar, sampai kita tidak sadar bahwa Indonesia
sebenarnya mempunyai potensi yang lebih besar dan lebih baik. Budaya luar
memang tak sekaya Indonesia, yang memilki budaya tradisi adat, perayaan atau
upacara-upacara, tarian serta nyanyian daerah, pakaian-pakaian tradisional, dan
sebagainya. Saatnya melihat-lihat budaya Indonesia… Berikut adalah
contoh-contoh budaya dan tradisi unik Indonesia yang hanya ada di negara
tercinta kita ini.
1.
Balimau
Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Diwariskan secara turun temurun, tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad.
Latar belakang dari balimau adalah membersihkan
diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Secara lahir, mensucikan diri adalah mandi yang bersih.
Zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan bersih, baik karena tak ada sabun, wilayah yang kekurangan air, atau bahkan karena sibuk
bekerja maupun sebab yang lain. Saat itu pengganti sabun di beberapa wilayah di
Minangkabau adalah limau (jeruk nipis), karena
sifatnya yang melarutkan minyak atau keringat di badan.
2. Lompat Batu di Nias
Siapa yang tak kenal tradisi lompat batu di Pulau
Nias, Sumatera Utara? Inilah tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad dan
masih terjaga dengan baik hingga hari ini oleh masyarakat Nias. Dalam tradisi
ini, seorang pria akan berlari, menginjak sebuah bongkahan batu, lalu kemudian
meloncati batu setinggi 2 meter!
Tradisi ini adalah simbol atau ritual bagi para
pemuda di Nias. Jika berhasil meloncati batunya tanpa tersentuh dan mendarat
dengan benar, maka dia dinyatakan sudah dewasa, baik secara fisik atau pun
pemikiran, serta sudah dizinkan untuk menikah.
3. Perang Pandan di Bali
Perang Pandan di Bali adalah sebuah tradisi perang
yang penuh pertumpahan darah. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Bali di
Desa Adat Tenganan, Kabupaten Karangasem dan merupakan acara ritual kebudayaan
yang rutin dilakukan setiap tahun.
Dalam tradisi ini, dua pemuda akan bertarung
menggunakan daun pandan berduri. Keduanya akan saling memecut tubuh lawannya
hingga luka dan berdarah. Meski begitu, mereka punya obat anti septik dari
bahan umbi-umbian untuk mengobati luka. Tradisi ini bukanlah untuk mencari
musuh, melainkan hanya sebuah tradisi yang bersifat menghibur dan tentu saja
tak boleh dilakukan sembarangan.
4. Potong Jari di Papua
Potong jari merupakan suatu tradisi yang dilakukan
oleh mama (sebutan wanita tua) dari Suku Dani di Wamena, Papua. Tradisi ini
adalah sebuah simbol atau tanda belasungkawa atas kematian anggota keluarga.
Tradisi ini pun adalah warisan leluhur yang hingga kini masih terjaga dengan
baik.
Ketika ada anggota keluarganya yang meninggal, maka
salah satu jari dari wanita tua tersebut dipotong menggunakan kampak batu.
Ketika jari tangan sudah tidak memungkinkan untuk dipotong, maka daun telinga
mereka yang harus dipotong. Ada nilai luhur yang tinggi pada tradisi ini,
sesakit apa pun jari yang dipotong, tidak ada yang lebih sakit saat salah satu
anggota keluarga meninggal.
5. . Kebo-keboan
(Banyuwangi)
Ritual Tradisi yang diadakan setahun sekali pada
tgl 10 Suro atau 10 Muharaam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi, yang
berkaitan dengan budaya agraris khususnya siklus tanam padi.Upacara ini adalah
gabungan antara upacara minta hujan bila terjadi kemarau panjang atau rasa
syukur, bila panen berhasil dengan baik.
Di upacara ini beberapa laki laki berdandan menjadi
kerbau mereka harus berkubang di tengah kubangan sawah yang baru dibajak,
kemudian diarak keliling desa, disertai karnaval kesenian rakyat. Kemudian
mereka juga beraksi membajak sawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar